A.
Apa itu Pemanasan Global
"Panas banget ya hari
ini!” Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang
di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah, data-data
yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang
mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar
kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan
fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan
ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang
tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah
tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang
mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait
langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh
masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan
global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa
meningkat?
B.
Penyebab Pemanasan Global
Penelitian yang telah dilakukan
para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata
makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang
dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak
yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on
Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan
peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan
pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan
dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan-
penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk
solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan
adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap
pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari
terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini
dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan
bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.
C.
Apa itu Gas Rumah Kaca?
Atmosfer bumi terdiri dari
bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga
suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah
kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di
atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas
matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan
begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki
panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas
tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca,
bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan
yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang
memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki
temperatur rata-rata -32o Celcius.
Kontributor terbesar pemanasan
global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan
agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan
ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk
kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi
sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon
yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke
atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang
berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2.
Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari
molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali
dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang
menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya
pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding
sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
![]()
D.
Apa Penyebab Utama Pemanasan
Global?
Dalam laporan PBB (FAO)
yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options
(Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah
penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak
dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia
(13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida,
37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65 % nitro
oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia
penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah
kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk
menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan
Amazon.
Sedangkan laporan yang baru saja
dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung
jawab atas sedikitnya 51 persen dari pemanasan global.
Penulisnya, Dr. Robert Goodland,
mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank
Dunia Jeff Anhang, membuatnya berdasarkan “Bayangan Panjang Peternakan”,
laporan yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian
PBB (FAO). Mereka menghitung bidang yang sebelumnya dan memperbarui hal
lainnya, termasuk siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari
pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih
dari dua kali lipat jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini.
Emisi metana dari hewan ternak
juga berperan sebesar 72 kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada
CO2. Hal ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO
dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti
itu memberitahu bahwa perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total
emisi 51 persen masih konservatif.
|
|
|
Kamis, 16 April 2015
ISU PEMANASAN GLOBAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar