MAKALAH
DASAR
PEMBERANTASAN PENYAKIT
“Daya Tahan Tubuh (Imunitas)”

Disusun Oleh :
Nama : Amanda Monica
NIM : 131108113201006
Prodi : Kesehatan Masyarakat
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KAPUAS RAYA SINTANG
TAHUN AKADEMIK
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Daya
Tahan Tubuh (Imunitas)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar Pemberantasan Penyakit di STIKes
Kapuas Raya Sintang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Sintang,
Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Imunitas adalah
kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua
hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi
mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem
imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing,
yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau
vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan
menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi
oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan
produknya. Antibodi akan mencegah adherensi
atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria,
clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri
menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun baru timbul
beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan
patogen. Pencegahan dengan cara imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha
imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat ditakuti, berkat
imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari dunia. Demikan pula
dengan polio yang dewasa ini sudah banyak dillenyapkan di banyak negara. Pierce
dan Schaffner melaporkan kurangnya perhatian imunisasi pada usia dewasa karena
adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas pelaksana pelayanan kesehatan
terhadap keamanan dari vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai dan belum
berkembangnya sistem imunisasi pada dewasa.
Pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem
imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja
segera bila ada ancaman, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja setelah
tubuh terpajan dengan mikroorgansime ke dua kali atau lebih.
B.
Rumusan
Masalah
a) Apa efektor utama respon imun
terhadap vaksin?
b) Apa aktivasi respon imun innate (non
spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin?
c) Apa respon sel B (pembentukan
antibodi) terhadap vaksin?
d) Apa respon sel T terhadap vaksin?
e) Apa pembentukan memori (booster)?
C.
Tujuan
Penulisan
a) Untuk memahami tentang efektor utama
respon imun terhadap vaksin.
b) Untuk mengetahui tentang aktivasi
respon imun innate (non spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin.
c) Untuk mengetahui respon sel B
(pembentukan antibodi) terhadap vaksin.
d) Untuk mengetahui respon sel T
terhadap vaksin.
e) Untuk mengetahui pembentukan memori
(booster).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Efektor Utama Respon Imun Terhadap
Vaksin
Dilihat dari berapa kali pajanan
antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun, yaitu respons imun primer
dan respons imun sekunder.
a.
Respons Imun Primer
Respons imun primer adalah respons
imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang
terbentuk pada respons imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang
lebih rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya
afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi (lag
phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder
b.
Respons Imun Sekunder
Pada respons imun sekunder, antibodi
yang dibentuk kebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih
tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini
disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan cepat
mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel
plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan imunitas selular, sel
limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi
menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.
Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi
respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan
titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons
imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa
kali.


B.
Aktivasi
Respon Imun Innate (Non Spesifik) dan Adaptif (Spesifik)
a. Respon Imun Innate
Mekanisme
pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate,
atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya
untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah
sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.
Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Yang merupakan
mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya,
lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti
kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,
polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non
spesifik.
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah
masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya
kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :
1.
Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel
poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
2.
Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3.
Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator
inflamasi.
4.
Protein fase akut: C-reactive protein (CRP)
yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui
jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5.
Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan
interferon beta (IFN-β) oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6.
Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural
killer (sel NK) melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7.
Pelepasan mediator eosinofil seperti major
basic protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran
parasit.
8. respon
imun adatif (spesifik)
b. Respon Imun Adatif
Mekanisme
pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau
imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap
satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis
lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan
tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen
tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah
ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate
immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih
kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap
antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas
humoral, yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent
dan non T dependent) dan mekanisme Cell mediated immunity (CMI).
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin
serta jaringan interaksinya dan sel sitotoksik matang di bawah pengaruh
interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6).
C. Respon Sel B
(Pembentukan Antibodi) Terhadap Vaksin
Antibody-Mediated Immunity
Respon
imun yang diperantai antibody tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa
kimia yang ndisebut antibody. Antibodi akan menerang bakteri atau virus sebelum
patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh, Senyawa tersebut juga bereaksi
terhadap zat –zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel
kimfosit B dan reaktivasi bila mengenali antigen yang terdaopat pada permukaan
sel patogen, dengan pantuan sel limfosit T.
Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:
a. Sel B
Plasma
: Mensekresikan antibody ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibody
sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi
antobodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000/detik untuk tiap sel. Sel plasma yang
aktif dapat hidup selama 4 – 5 hari.
b. Sel B
Memori : Hidup
untuk waktu yang lama dalam darah, Sel tersebut tidak memproduksi antibody,
tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon
dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua
c. Sel B
Pembelah :
Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel –sel limfosit B.
Ketika
suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing masing antigen yang dimiliki patogen tersebut
akan mengativasikan satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk
membetuk populasi sel yang besar. Semua sel baru tersebut adalah identik
(disebut klon) dan mereka semua kemudian
mensekresikan antobodi yang spesifik terhadap patogen yang sebagai menyerang
tersebut. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut :
·
Menyebabkan
antigen saling melekat ( aglutinasi )
·
Menstimulasi
fagositosis oleh neutrofil
·
Berperan
sebagai antitoksin dan menyebabkan pengandapan toksin bakteri
·
Mencegah
bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh.
Setelah
infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibody akan mati. Serangkaian respon
terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel
– sel B memori yang telah mengingat pantogen yang menginfeksi, masih tetap
hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang salama berusaha
menginfeksi kembali, sel B tersebut membelah dengan sangat cepat ,menghasilkan
sel - sel aktif dalam jumlah yang lebih
besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antobodi spesifik. Respon
tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih
cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.
D.
Respon
Sel T Terhadap Vaksin
Cell-Mediated
Immmunity
Cell-mediated immunity adalah respon
imun yang melibatkan sel – sel yang menyeran langsung organism easing. Sel ang
terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktifasi akan mematikan beberapa
organisme. Namun, kebanyakan menyerang sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh
menggunakan respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler ,
fungi, sel – sel kanker , dan walaupun tidak menguntungkan juga menyerang
jaringan atau organ transplan yang dianggap sel asing.
Ketika suatu patogen menginfeksi
tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan
patogen akan menstimulasi 1 sel limfosit T untu membentuk klon. Beberapa klon
akan mwnjadi sel – sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk
mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang
sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari 3 jenis
sel T berikut, yaitu:
a. Sel T
Pembantu (helper T cell) : Sel T membantu
atau mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Sel T helper
menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengatifasi
makrofag untuk segara bersiap memfagositosit patogen dan sisa – sisa sel.
b. Sel T
Pembunuh (killer T cell) : Sel T sitotosik, menyerang sel tubuh yang
terinfeksi dan sel – sel patogen yang relatif besar ( misalnya parasit ) secara
langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran dan sel T
killer akan melubangi lawannya. Sel yang ternfeksi atau sel parasit akan
kehilangan sitoplasmanya dan mati.
c. Sel T
supresor (Suppresor T cell) : berfungsi menurunkan dan
menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika infeksi telah
berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting sebab jika tubuh terus menerus
memproduksi antobodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah
bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut daoat merusak
jaringan tubuh sendiri.
E.
Pembentukan
Memori (Booster)
Ketika sel
Bdan sel
T
diaktivasi dan mulai untuk
bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup
lama. Selama hidup, memori sel tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik
yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul
selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen
tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori
jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
Frekuensi
pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana telah kita
ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, danafinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak
pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin
berikutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik masih tinggi, maka
antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik tersebut sehingga
tidak sempat merangsang sel imuno kompeten, bahkan dapat terjadi apa yang
dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen
akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan
lokal. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti
apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imunitas
adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi
dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap
infeksi mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan
kerja sistem imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua
bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah
meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan menginduksi
respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat
antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus
efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang
merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). IgA berperan
di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio
oral).
B.
Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan bagi mahasiswa/i
khususnya program studi kesehatan masyarakat maupun pembaca lainnya dapat
memahami dan mengerti tentang Daya Tahan Tubuh (Imunitas) dan juga dapat member
saran yang membangun guna perbaikan kedepan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar