Selasa, 31 Maret 2015

tugas makalah pemberantasan penyakit

MAKALAH
DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT
“Daya Tahan Tubuh (Imunitas)”
introducing stikes2.png
Disusun Oleh :
Nama : Amanda Monica
NIM : 131108113201006
Prodi : Kesehatan Masyarakat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KAPUAS RAYA SINTANG
TAHUN AKADEMIK
2014/2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Daya Tahan Tubuh (Imunitas)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar Pemberantasan Penyakit di STIKes Kapuas Raya Sintang.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.





Sintang, Maret 2015



                      Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun baru timbul beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan patogen. Pencegahan dengan cara imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari dunia. Demikan pula dengan polio yang dewasa ini sudah banyak dillenyapkan di banyak negara. Pierce dan Schaffner melaporkan kurangnya perhatian imunisasi pada usia dewasa karena adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas pelaksana pelayanan kesehatan terhadap keamanan dari vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai dan belum berkembangnya sistem imunisasi pada dewasa.
Pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja segera bila ada ancaman, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja setelah tubuh terpajan dengan mikroorgansime ke dua kali atau lebih.
   B.     Rumusan Masalah
a)      Apa efektor utama respon imun terhadap vaksin?
b)      Apa aktivasi respon imun innate (non spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin?
c)      Apa respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin?
d)     Apa respon sel T terhadap vaksin?
e)      Apa pembentukan memori (booster)?
   C.     Tujuan Penulisan
a)      Untuk memahami tentang efektor utama respon imun terhadap vaksin.
b)      Untuk mengetahui tentang aktivasi respon imun innate (non spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin.
c)      Untuk mengetahui respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin.
d)     Untuk mengetahui respon sel T terhadap vaksin.
e)      Untuk mengetahui pembentukan memori (booster).



BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Efektor Utama Respon Imun Terhadap Vaksin
Dilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun, yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
a.       Respons Imun Primer
Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder  
b.       Respons Imun Sekunder  
Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk kebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.  Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.
https://i1.wp.com/wpcontent.answers.com/wikipedia/commons/thumb/c/cd/ReverseGeneticsFlu.jpg/300px-ReverseGeneticsFlu.jpg
https://i2.wp.com/www.nature.com/nri/journal/v6/n12/images/nri1959-f2.jpg
   B.     Aktivasi Respon Imun Innate (Non Spesifik) dan Adaptif (Spesifik)
a.       Respon Imun Innate
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :
1.      Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
2.      Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3.      Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4.      Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5.      Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN-β) oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6.      Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK) melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7.      Pelepasan mediator eosinofil seperti  major basic protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran parasit.
8.      respon imun adatif (spesifik)
b.      Respon Imun Adatif
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas humoral, yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T dependent) dan mekanisme Cell mediated immunity (CMI). Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin serta jaringan interaksinya dan sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6).
   C.     Respon Sel B (Pembentukan Antibodi) Terhadap Vaksin
Antibody-Mediated Immunity
Respon imun yang diperantai antibody tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa kimia yang ndisebut antibody. Antibodi akan menerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh, Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat –zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel kimfosit B dan reaktivasi bila mengenali antigen yang terdaopat pada permukaan sel patogen, dengan pantuan sel limfosit T.
Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:
a.       Sel B Plasma  : Mensekresikan antibody ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antobodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000/detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 – 5 hari.
b.      Sel B Memori : Hidup untuk waktu yang lama dalam darah, Sel tersebut tidak memproduksi antibody, tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua
c.       Sel B Pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel –sel limfosit B.
Ketika suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing  masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengativasikan satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk membetuk populasi sel yang besar. Semua sel baru tersebut adalah identik (disebut klon)  dan mereka semua kemudian mensekresikan antobodi yang spesifik terhadap patogen yang sebagai menyerang tersebut. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut :
·         Menyebabkan antigen saling melekat ( aglutinasi )
·         Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil
·         Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengandapan toksin bakteri
·         Mencegah bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh.
Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibody akan mati. Serangkaian respon terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel – sel B memori yang telah mengingat pantogen yang menginfeksi, masih tetap hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang salama berusaha menginfeksi kembali, sel B tersebut membelah dengan sangat cepat ,menghasilkan sel  - sel aktif dalam jumlah yang lebih besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antobodi spesifik. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.
   D.    Respon Sel T Terhadap Vaksin
Cell-Mediated Immmunity
Cell-mediated immunity adalah respon imun yang melibatkan sel – sel yang menyeran langsung organism easing. Sel ang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktifasi akan mematikan beberapa organisme. Namun, kebanyakan menyerang sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler , fungi, sel – sel kanker , dan walaupun tidak menguntungkan juga menyerang jaringan atau organ transplan yang dianggap sel asing.
Ketika suatu patogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan patogen akan menstimulasi 1 sel limfosit T untu membentuk klon. Beberapa klon akan mwnjadi sel – sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari 3 jenis sel T berikut, yaitu:
a.       Sel T Pembantu (helper T cell) : Sel T membantu atau mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Sel T helper menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengatifasi makrofag untuk segara bersiap memfagositosit patogen dan sisa – sisa sel.
b.      Sel T Pembunuh  (killer T cell)  : Sel T sitotosik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel – sel patogen yang relatif besar ( misalnya parasit ) secara langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran dan sel T killer akan melubangi lawannya. Sel yang ternfeksi atau sel parasit akan kehilangan sitoplasmanya dan mati.
c.       Sel T supresor (Suppresor T cell) : berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika infeksi telah berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting sebab jika tubuh terus menerus memproduksi antobodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut daoat merusak jaringan tubuh sendiri.
   E.     Pembentukan Memori (Booster)
Ketika sel Bdan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup, memori sel tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, danafinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imuno kompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.




BAB III
PENUTUP

   A.   Kesimpulan
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral).
   B.   Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan bagi mahasiswa/i khususnya program studi kesehatan masyarakat maupun pembaca lainnya dapat memahami dan mengerti tentang Daya Tahan Tubuh (Imunitas) dan juga dapat member saran yang membangun guna perbaikan kedepan.



DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar