Selasa, 31 Maret 2015

Distribusi Penyakit


Segitiga atau faktor yang dapat di pakai untuk menerangkan distribusi epidemiologi adalah person, tempat dan waktu. Ketiga faktor ini (person, place, time= PPT) yang membentuk gambaran distribusi masalah atau penyakit .informasi person, tempat dan waktu berguna untuk menggambarkan adanya perbedaan dalam keterpaparan dan susceptibilitas. Artinya, jika ada perbedaan dalam PPT maka itu dapat menjadi petunjuk adanya perbedaan paparan (exposure) agen dan kepekaan (susceptibility) pejamu. Perbedaan ini akan dapat di pakai sebagai petunjuk tentang sumber, agen yang bertanggungjawab transmisi dan penyebaran suatu penyakit.


            Sesuai dengan definisinya, epidemiologi mempelajari penyebaran masalah kesehatan pada kelompok manusia dan atau masyarakat.Penyebaran masalah kesehatan adalah keterangan tentang banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia yang diperinci menurut keadaan-keadaan tertentu yang dihadapi oleh masalah kesehatan tersebut, yang disebut sebagai variabel epidemiologi.Variabel epidemiologi penting yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan adalah manusia (man), tempat (place), dan waktu (time).

            Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan suatu masalah kesehatan tertentu yang banyak diderita oleh sekelompok umur tertentu saja, oleh jenis kelamin tertentu saja dan atau oleh suku tertentu saja.Penemuan seperti ini menjelaskan bahwa penyebaran masalah kesehatan ternyata dipengaruhi oleh ciri-ciri yang dimiliki oleh manusia yang terserang oleh masalah kesehatan tertentu. Dengan diketahuinya penyebaran masalah kesehatan menurut ciri-ciri manusia ini, disatu pihak akan diketahui bersama masalah yang dihadapi dan di lain pihak keteranagan yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dimaksud.
            Ciri-ciri yang mempenaruhi masalah kesehatan dalam epidemiologi dapat dibedakan atas beberapa macam, yakni umur, jenis kelamin, golongan etnik, agama, pekerjaan, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi.

1. Umur
            Umur merupakan salah satu variabel yang penting  dalam mempelajari suatu masalah kesehatan, karena ada kaitannya dengan tiga hal yaitu:
a. Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh orang dewasa pada umumnya jauh lebih kuat dari pada daya tahan tubuh bayi atau anak-anak.
b. Ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit yang lebih besar daripada anak-anak.
c. Kesbiasaan hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa lebih banyak yang merokok dan atau minum alkohol, sehingga kemungkinan terkena penyakit akibat merokok atau minum alkohol semakin besar.
            Walaupun variabel umur itu penting, tetapi dalam menetukan penyebaran suatu masalah kesehatan menurut umur secara tepat tidaklah mudah.Masalah pokok yang dihadapi terutama di temukan di negara-negara berkembang adalah kesulitan dalam menetapkan umur seseorang.Penyebab utamanya adalah karena di negara yang sedang berkembang tersebut pencatatan tentang kelahiran belum begitu sempurna.Untuk mangatasi pertanyaan tentang umur ini sering dilakukan secara tidak langsung, misalnya memakai peristiwa penting sebagai patokan dalam menaksir umur sesorang.
            Adapun telah didapatkan data tentang penyebaran masalah kesehatan menurut umur, misalnya banyak ditemukan pada umur tertentu saja, disamping akan dapat dicarikan jalan keluar untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut, beberapa kesimpulan lain dapat pula ditarik, yakni :
a.       Adanya faktor tertentu pada kelompok umur tersebut yang menyebabkan mereka mudah terserang. Misalnya penyakit campak banyak ditemukan pada anak-anak. Kesimpulan yang dapat diterik adalah anak-anak ttidak memiliki zat kekebalan terhadap penyakit campak.
b.      Adanya faktor tertentu pada kelompok umur yang lain yang menyebabkan mereka sulit diserang. Misalnya penyakit campak jarang ditemukan pada orang dewasa. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah orang dewasa mempunyai zat kekebalan terhadap penyakit campak.
c.       Adanya peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur tersebut. Misalnya penyakit paru banyak ditemukan pada penduduk dengan umur 35 tahun keatas. Kesimpulan yang dapat diterik adalah program imunisasi BCG baru berjalan dengan baik sejak 35 tahun yang lalu.

            Cara mengelompokkan keteranngan tentang umur sangat dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Apabila tujuan khusus tersebut tidak dimiliki, pengelompokkan yang lazim ialah menggunakan interval 4 tahun.

2. Jenis Kelamin
            Jenis kelamin juga mempengaruhi penyebaran untuk masalah kesehatan.Ada masalah kesehatan yang lebih banyak ditemukan pada kelompok wanita saja, dan ada pula masalah kesehatan yang lebih banyak ditemukan pada kelompok pria saja. Adanya perbedaan penyebaran yang seperti ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni :
a.       Karena terdapatnya perbedaan anatomi dan fisiologi antara wanita dan pria. Contoh masalah kesehatan yang penyebarannya dipengaruhi oleh perbedaan anatomi dan fisiologi ialah tumor prostat yang hanya ditemukan pada kaum pria.
b.      Karena terdapat perbedaan kebiasaan hidup antara wanita dengan pria. Ditemukannya banyak penderita kanker paru pada pria antara lain karena terdapatnya perbedaan kebiasaan merokok yaotu kaum pria lebih banyak merokok daripada kaum wanita.
c.       Karena terdapatnya perbedaan tingkat kesadaran berobat antara wanita dan pria. Kaum wanita pada umumnya lebih memiliki kesadaran yang baik untuk berobat daripada kaum pria.
d.      Karena terdapatnya perbedaan kemampuan atau kriteria diagnosatik beberapa penyakit. Ditemukannya lebih banyak penderita penyakit kencing nanah pada kaum pria daripada kaum wanita ialah karna kriteria diagnosatik penyakit kencing nanah pada pria lebih mudah.
e.       Karena terdapatnya perbedaan macam pekerjaan. Penyakit akibat kerja misalnya lebih banyak ditemukan pada kaum pria, karena memang kaum pria lebih banyak yang bekerja.
            Data penyebaran penyakit menurut jenis kelamin yang diperoleh diukur dalam bentuk sex-specific ratio yakni dengan membandingkan frekuensi masalah kesehatan yang ada pada kaum pria terhadap kaum wanita.

3. Golongan Etnik
            Penyebaran masalah kesehatan juga tergantung dari golongan etnik yang dimiliki. Golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Sebagian ahli menyebut golongan etnis sama dengan tribe (suku bangsa) atau race (ras), tetapi sebagian lain membedakannya. Kalangan yang memebedakan berpendapat bahwa pengelompokkan menurut tribe atau race tersebut sering tidak objektif, karena pengelompokkan menurut tribe terganntung dari selera yang dimiliki, ada yang berdasarkan tempat tinggal, susunan makanan dan ada pula yang berdasarkan kebudayaan. Hal yang sama juga ditemukan pada pengelompokkan menurut race, karena pertimabangan politik sering mempunyai peranan besar.
            Sekalipun pengelompokkan race tidak obyaktif, namun secara umum pelbagai bangsa sering dibedakan menurut wana kulit dan bentuk tubuh.Untuk ini dikenal tiga macam race yakni, Ras Caucasoid (kulit putih), Ras Negro (kulit hitam) dan Ras Mongoloid (kulit kuning/sawo matang).
            Terlepas  adanya perbedaan pendapat yang seperti itu, sebenarnya golongan etnik, tribe atau race mempunyai peranan dalam penyebaran penyakit. Adanya perbedaan kebiasaan dan ataupun bentuk biologis memang menentukkan macam masalah kesehatan yang ditemukan.

4. Agama
            Pengaruh agama dalam penyebaran masalah kesehatan juga berperan besar. Kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dimiliki oleh agama tertentu, akan mempengaruhi corak perilaku yang diperlihatkan, yang kesemuannya turut menentukan penyakit yang iderita. Contohnya agam islam dan yahudi yang terdapat kebiasaan menyunat, maka frekuensi masalah kanker penis relatif lebih rendah dari pada pemeluk agama lain.

5. Status Perkawinan
            Perkawinan disini bukan menunjuk kepada status jejaka atau perawan melaikan merupakan persekutuan antara dua jenis kelamin yang berbeda dalam bentuk keluarga (suami, istri, dan anak-anak) yang diakui secara sah oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku (sipil dan ataupun agama).Status perkawinan sering dibedakan atas empat macam, yakni belum menikah/kawin, cerai hidup dan cerai mati.
            Ditinjau dari sudut epidemiologi, status perkawinan ini ternyata juga mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan, karena perilaku kalangan yang belum menikah berbeda dengan kalangan yang sudah menikah. Secara umum pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi tiga hal, yakni :
a. Terhadap pola penyakit
Pola penyakit yang ditemukan pada kalangan yang belum menikah berbeda dengan yang telah menikah.Contohnya penyakit kelamin dan penyakit akibat kecelakaan, ternyat lebih banyak ditemukan di kalangan yang belum berkeluarga.
b. Terhadap resiko terkena penyakit
Contohnya resiko terkena penyakit TBC, lebih besar pada istri atau suami yang pasangannya menderita TBC paru.Penyakit epilepsi juga merupakan penyakit keturunan.
c. Terhadap penatalaksanaan penanggulangan penyakit
Bujangan yang menderita penyakit akan mendapatkan perawatan yang kurang dibandingkan dengan mereka yang telah berkeluarga karena tidak ditemukan anggota keluarga tidak ditemukan anggota keluarga bujangan yang turut membantu mengatasi penyakit yang diderita.
            Dalam membicarakan hubungan antara status perkawinan dengan masalah kesehatan patut pula disampaikan hubungan sebqliknya, yaini pengaruh masalah kesehatan terhadap status masalah perkawinan.Dqlam kehidupan sehari-hari sering ditemukan seseorang yang sulit mendapatkan jodoh karena orang tersebut sakit-sakitan.

6. Pekerjaan
            Hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan telah sejak lama diketahui yang saaat ini menjqdi perjatian utama ahli Hiperkes. Pada dasarnya hubungan yangbterjadi disebabkan oleh tiga hak yakni :
a. Adanya resiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai resiko tertentu dan karena itulah macam penyakit yang dideritannya akan bebeda pula. Contohnya  : seseorang yang bekerja sebagai buruh tambang misalnya, tentu mudah diduga bahwa orang tersebut akan mempunyai resiko yang lebih besar terkena penyakit silikosis.
b. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan.
Secara alamiah terdapat perbedaan dalam memilih pekerjaan yang diinginkan.Seseorang yang bertubuh lemah, secara naluriah berupaya menghindari macam pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik yang berat, demikian pula sebaliknya untuk mereka yang bertubuh kuat. Karena adanya perbedaan yang seperti ini, menyebabkan macam penyakit yang diderita akan berbeda pula.
c. Perbedaan macam pekerjaan
Perbedaan macam pekerjaan yang memiliki seseorang, menyebabkan terdapatnya pula perbedaan status sosial ekonomi yang dimiliki.Adanya perbedaan yang seperti ini menyebabkan perbedaan penyakit yang dideritanya.

7. Status Sosial Ekonomi
            Adanya hubungan status sosial ekonomi seseorang dengan masalah kesehatan  yang diderita bukan merupakan pengetahuan yang baru. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan beberapa masalah tertentu seperti misalnya penyakit infeksi dan kelainan gizi yang lebih banyak diderita oleh masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah, dan sebaliknya beberapa penyakit tertentu seperti misalnya penyakit kardiovaskuler yang lebih banyak diderita oleh masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi.
            Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda ini, pada umumnya dipengaruhi oleh dua hal yakni :
a.       Karena terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah dan atau mengobati penyakit. Bagi mereka yang keadaan sosial ekonominya baik, tentu tidak sulit melakukan pencegahan dan ataupun pengobatan penyakit.
b.      Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki. Dibandingkan dengan perbedaan kemampuan ekonomi maka peranan perbedaan sikap hidup dan perilaku ternyata lebih besar, dan karena itulah penyakit yang ditemukan tidak sama.
            Penentuan status sosial ekonomi dalam epidemiologi secara tidak langsung banyak dilakukan.Beberapa contoh terkenal adalah yang dilakukan oleh Holingshead & Redlich yang melakukan penelitian penyakit jiwa dengan mempergunakan indikotor pekerjaan, pendidikan dan keadaan tempat tinggal dalam menentukan status sosial ekonomi respondennya. Parker dan Bannett memakai indikator  pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, keadaan gizi, jumlah anak dan sikap terhadap kesehatan.

            Sama halnya dengan variabel manusia, maka sering pula ditemukan masalah kesehatan tertentu yang banyak ditemukan pada suatu daerah tertentu saja, tetapi sangat sedikit di antara lain. Penyebaran yang seperti ini disebut penyebaran menurut tempat terjadinya masalah kesehatan tersebut.
            Dapat diketahuinya penyebaran menurut tempat, pelbagi kajian lebih lanjut dapat dilakukan, misalnya kajian terhadap penyebab kenapa masalah kesehatan tersebut banyak ditemukan di suatu daerah, tidak didaerah lain. Dengan membandingkan ciri-ciri khas dari suatu daerah, akan dapat diketahui penyebab tersebut, yang peranannya amat besar dalam membantu mencarikan jalan keluar penanggulangannya masalah kesehatan yang dimaksud.
            Ditinjau dari sudut epidemiologi, penyebaran masalah kesehatan menurut tempat ini banyak macamnya.Secara sederhana sering dibedakan atas beberapa macam saja yakni penyebaran satu wilayah, penyebaran beberapa wilayah, penyebaran seluruh negeri, penyebaran beberapa negara, dan penyebaran banyak negara.
            Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat terjadinya sangat penting karena darinketerangan yang diperoleh akan dapat diketahui beberapa hal lainnya yakni :

1. Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan suatu daerah
Dengan diketahuinya penyebaran penyakit di suatu daerah dapat di ketahui dengan tepat masalah-masalah kesehatan yang ada di daerah tersebut.Pengetahuan tentang masalah kesehatan yang tepat ini sangat penting, karena pada dasarnya masalah kesehatan yang ditemukan tersebut adalah identik dengan kebutuhan kesehatan daeah tersebut.

2. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah
Apabila telah diketahui jumlah dan jenis masalah kesehatan, dapat disusun program yang tepat untuk daerah tersebut. Hasil akhirnya bukan saja masalah kesehatan akan dapat diatasi secara tepat (efektif) tetapi juga pemakaian sumber yang ada tidak akan sia-sia (efisien).

3. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Keterangan tentang penyebab masalah kesehatan ini dapat diperoleh dengan membandingkan hal-hal khusus yang ada dan tidak ada pada suatu daerah.Perbedaan tentang hal-hal tersebut mungkin adalah penyebab timbulnya masalah kesehatan yang dimaksud. Keadaan- keadaaan khusus yang dimaksud banyak macamnya, yang terpenting adalah :

a. Keadaan geografis
Misalnya letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari, kelembaban udara, suhunudara dan lain sebagainya yang seperti ini.
b. Keadaan penduduk
Perbedaan keadaan penduduk juga menentukan perbedaan penyebab penyakit menurut tempat.Pada dasarnya semua variabel manusia yang telah diuraikan diatas, termasuk dalam keadaan penduduk ini, disamping jumlah penduduk dan kepadatan penduduk.
c. Keadaan pelayanan kesehatan
Tidak sulit dipahami bahwa keadaan pelayanan kesehatan yang ditemukan di suatu tempat juga mempengaruhi penyebaran penyakit di tempat tersebut, meliputi jumlah, cakupan dan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
            Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat secara umum dapat dibedakan atas lima macam, yakni :

1. Penyebaran satu wilayah (setempat/lokal)
Masalah kesehatan hanya ditemukan dinsatu wilayah.Batasan wilayah tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dan lain sebagainya. Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan ialah desa dan kota, yang masing-masing karena cirinya tersendiri mempunyai gambaran penyakit yang berbeda-beda pula.

2. Penyebaran beberapa wilayah
Beberapa wilayah yang dimaksud tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa kecamatan dan lain-lain.

3. Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan di temukan di semua wilayah yang ada dalam satu negara. Tergantung dari keadaan geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan berbeda pula termasuk negara kepualauan.

4. Penyebaran beberapa negara (regional)
Masalah kesehatan menyebar ke beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
a.       Keadaan geografis yang dapat menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atu tidak di negara tersebut.
b.      Hubungan komunikasi yang dimiliki, artinya apzkah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaimana sistem transportasi antar negara, bagaiman hubungan antar penduduk yang berkunjung dan menetap dan lain sebagainya yang seperti ini.
c.       Perturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
5. Penyebaran banyak negara (internasional)
Masalah kesehatan telah banyak ditemukan di banyak negara karena kemajuan sistem komunikasi dan transportasi.

            Masalah kesehatan dapat pula terjadi dalam frekuensi tertentu menurut waktu.Misalnya banyak ditemukan pada musim hujan, tetapi berkurang pada musim panas. Sama halnya dengan variabel manusia dan tempat, pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan mnurut waktu ini dapat  pula dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut.
            Penyebaran manurut waktu dalam epidemiologi sering dibedakan atas beberapa macam yakni penyebaran satu saat, penyebaran satu kurun waktupenyebaran siklis dan penyebaran sekuler.
            Macam penyebaran masalah kesehatan ketiga yang perlu dipelajari dalam epidemiologi adalah penyebaran menurut wqktu. Menyebaran menurut waktu iniakan memebantu dalam memahami beberapa hal, yakni :
1. Kecepatan perjalanan penyakit
2. Lama terjangkitnya suatu penyakit
            Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :
                                                       
1. Sikap penyakit yang ditemukan
2. Keadaaan tempat terjangkitnya penyakit
3. Keadaan penduduk
4. Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
            Pembagian macam penyebaran masalah kesehatan menurut waktu itu tergantung dari tujuan yang dimiliki.Secara umum pembagian tersebut dibedakan atas empat macam yakninpenyebaran suatu saat, satu kurun waktu, siklus dan sekular.
1. Penyebaran satu saat
Disini penyebaran masalah kesehatan diukur pada suatu saat tertentu.Saat yang dimaksud berbeda-beda dan demikian pula hasil yang diperoleh. Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada satu saat tertentu adalah :
a.       Point source epidemiologi (common source epidemic)
Common source epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh :

1)      Timbulnya gejala penyakit yang cepat
2)      Masa inkubasi yang pendek
3)      Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal
4)      Muncul hanya pada waktu tertentu saja, serta
5)      Lenyapnya penyakit dalam waktu cepat
Keadaan penyakit yang seperti ini ditemukan misalnya pada peristiwa keracunan makanan.
b.      Contagius disease epidemmic (propagated epidemic)
Propagated epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai dengan :



1)      Timbulnya penyakit yang lambat
2)      Masa inkubasi yang panjang
3)      Episode penyakit bersifat majemuk
4)      Waktu munculnya penyakit tidak jelas, serta
5)      Lenyapnya penyakit dalam waktu lama
Keadaan penyakit yang seperti ini ditemukan misalnya pada waktu penyakit yang bersifat menular.

2. Penyebaran satu kurun waktu
Perhitungan penyebaran masalah kesehatan dilakukan menurut kurun waktu tertentu (clustering menurut waktu).Cara perhitungan yang seperti ini sering dipergunakan untuk mencari penyebab suatu penyakit.Sebagai contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh Aycock dan Luther yang setelah melakukan analisis data penyakit menurut kurun waktu tertentu berkesimpulan bahwa timbulnya penyakit polio melitis pada anak adalah sesudah anak tersebut mengalami tonsilektomi.

3. Penyebaran siklis
Disebut penyebaran secara siklik bila frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau turun menurut siklus tertentu, misalnya menurut sistem kalender tertentu (minggu, bulan, tahun), menurut keadaan cuaca (musim hujan, musim panas), dan atau menurut peristiwa tertentu (musim panen, musim panceklik).
Untuk dapat mengetahui penyebaran secara siklik, tentu perlu dilakukan pengumpulan data secara terus menerus.Penyajian data dalam bentuk grafis dapat membantu penggambaran yang lebih cepat tentang penyebaran siklis ini.

4. Penyebaran secular
Disebut penyebaran sekuler bila perubahan yang dialami dalam waktu yang cukup lama misalnya lebih dari 10 tahun.


Sumber :
http://umikalsumalmii.blogspot.com/2013/05/segitiga-distribusi-penyakit_6946.html

tugas makalah pemberantasan penyakit

MAKALAH
DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT
“Daya Tahan Tubuh (Imunitas)”
introducing stikes2.png
Disusun Oleh :
Nama : Amanda Monica
NIM : 131108113201006
Prodi : Kesehatan Masyarakat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KAPUAS RAYA SINTANG
TAHUN AKADEMIK
2014/2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Daya Tahan Tubuh (Imunitas)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar Pemberantasan Penyakit di STIKes Kapuas Raya Sintang.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.





Sintang, Maret 2015



                      Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun baru timbul beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan patogen. Pencegahan dengan cara imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari dunia. Demikan pula dengan polio yang dewasa ini sudah banyak dillenyapkan di banyak negara. Pierce dan Schaffner melaporkan kurangnya perhatian imunisasi pada usia dewasa karena adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas pelaksana pelayanan kesehatan terhadap keamanan dari vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai dan belum berkembangnya sistem imunisasi pada dewasa.
Pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja segera bila ada ancaman, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja setelah tubuh terpajan dengan mikroorgansime ke dua kali atau lebih.
   B.     Rumusan Masalah
a)      Apa efektor utama respon imun terhadap vaksin?
b)      Apa aktivasi respon imun innate (non spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin?
c)      Apa respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin?
d)     Apa respon sel T terhadap vaksin?
e)      Apa pembentukan memori (booster)?
   C.     Tujuan Penulisan
a)      Untuk memahami tentang efektor utama respon imun terhadap vaksin.
b)      Untuk mengetahui tentang aktivasi respon imun innate (non spesifik) dan adaptif (spesifik) terhadap vaksin.
c)      Untuk mengetahui respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin.
d)     Untuk mengetahui respon sel T terhadap vaksin.
e)      Untuk mengetahui pembentukan memori (booster).



BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Efektor Utama Respon Imun Terhadap Vaksin
Dilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun, yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
a.       Respons Imun Primer
Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder  
b.       Respons Imun Sekunder  
Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk kebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.  Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.
https://i1.wp.com/wpcontent.answers.com/wikipedia/commons/thumb/c/cd/ReverseGeneticsFlu.jpg/300px-ReverseGeneticsFlu.jpg
https://i2.wp.com/www.nature.com/nri/journal/v6/n12/images/nri1959-f2.jpg
   B.     Aktivasi Respon Imun Innate (Non Spesifik) dan Adaptif (Spesifik)
a.       Respon Imun Innate
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :
1.      Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
2.      Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3.      Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4.      Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5.      Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN-β) oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6.      Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK) melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7.      Pelepasan mediator eosinofil seperti  major basic protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran parasit.
8.      respon imun adatif (spesifik)
b.      Respon Imun Adatif
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas humoral, yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T dependent) dan mekanisme Cell mediated immunity (CMI). Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin serta jaringan interaksinya dan sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6).
   C.     Respon Sel B (Pembentukan Antibodi) Terhadap Vaksin
Antibody-Mediated Immunity
Respon imun yang diperantai antibody tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa kimia yang ndisebut antibody. Antibodi akan menerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh, Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat –zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel kimfosit B dan reaktivasi bila mengenali antigen yang terdaopat pada permukaan sel patogen, dengan pantuan sel limfosit T.
Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:
a.       Sel B Plasma  : Mensekresikan antibody ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antobodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000/detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 – 5 hari.
b.      Sel B Memori : Hidup untuk waktu yang lama dalam darah, Sel tersebut tidak memproduksi antibody, tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua
c.       Sel B Pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel –sel limfosit B.
Ketika suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing  masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengativasikan satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk membetuk populasi sel yang besar. Semua sel baru tersebut adalah identik (disebut klon)  dan mereka semua kemudian mensekresikan antobodi yang spesifik terhadap patogen yang sebagai menyerang tersebut. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut :
·         Menyebabkan antigen saling melekat ( aglutinasi )
·         Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil
·         Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengandapan toksin bakteri
·         Mencegah bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh.
Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibody akan mati. Serangkaian respon terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel – sel B memori yang telah mengingat pantogen yang menginfeksi, masih tetap hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang salama berusaha menginfeksi kembali, sel B tersebut membelah dengan sangat cepat ,menghasilkan sel  - sel aktif dalam jumlah yang lebih besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antobodi spesifik. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.
   D.    Respon Sel T Terhadap Vaksin
Cell-Mediated Immmunity
Cell-mediated immunity adalah respon imun yang melibatkan sel – sel yang menyeran langsung organism easing. Sel ang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktifasi akan mematikan beberapa organisme. Namun, kebanyakan menyerang sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler , fungi, sel – sel kanker , dan walaupun tidak menguntungkan juga menyerang jaringan atau organ transplan yang dianggap sel asing.
Ketika suatu patogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan patogen akan menstimulasi 1 sel limfosit T untu membentuk klon. Beberapa klon akan mwnjadi sel – sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari 3 jenis sel T berikut, yaitu:
a.       Sel T Pembantu (helper T cell) : Sel T membantu atau mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Sel T helper menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengatifasi makrofag untuk segara bersiap memfagositosit patogen dan sisa – sisa sel.
b.      Sel T Pembunuh  (killer T cell)  : Sel T sitotosik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel – sel patogen yang relatif besar ( misalnya parasit ) secara langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran dan sel T killer akan melubangi lawannya. Sel yang ternfeksi atau sel parasit akan kehilangan sitoplasmanya dan mati.
c.       Sel T supresor (Suppresor T cell) : berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika infeksi telah berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting sebab jika tubuh terus menerus memproduksi antobodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut daoat merusak jaringan tubuh sendiri.
   E.     Pembentukan Memori (Booster)
Ketika sel Bdan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup, memori sel tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, danafinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imuno kompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.




BAB III
PENUTUP

   A.   Kesimpulan
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba, walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non spesifik dan spesifik.
Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria, clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral).
   B.   Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan bagi mahasiswa/i khususnya program studi kesehatan masyarakat maupun pembaca lainnya dapat memahami dan mengerti tentang Daya Tahan Tubuh (Imunitas) dan juga dapat member saran yang membangun guna perbaikan kedepan.



DAFTAR PUSTAKA